Pada umumnya,kita semua hidup dengan kenyataan bahwa Buddhi kita senantiasa berada dibawah timbunan ketidakbenaran yang pada hakikatnya adalah keingkaran kepada HUKUM KEBENARAN atau Kehendak Tuhan. Maka dari itu dalam kenyataan sehari-hari kita selalu repot dengan pikiran dan perbuatan untuk kepentingan dan kepuasan raga dengan memalingkan diri dari suatau hatinurani yang keluar dari kemurnian jiwa.Suara hatinurani adalah ukuran rasa manusiawi tentang tinggi rendahnya susila yang dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh pembawaan kita,lingkungan dan pendidikan, kepercayaan dan keyakinan hidup serta usia masing2 pribadi.
Hatinurani adalah suara hati yang baik,bukan YANG BENAR.Baik adalah dalam rangka usaha manusiawi, sedang BENAR bukanlah manusiawi tetapi Sejati. Hatinurani adalah suara hati dalam kehidupan yang aktif,suara dari rasa manusia yang dipengaruhi oleh kebutuhan raga.Karena itu tentunya masih kepengaruh oleh apa yang kita setujui,kita sukai,kita anggap baik,kita anggap benar pada waktu itu.Hatinurani adalah perpaduan antara pikiran,keinginan dan rasa dalam Buddhi yang dipengaruhi oleh kebutuhan raga dan dikendalikan oleh jiwa karena kebutuhan akan kemurniannya.
Memang hatinurani adalah akalbuddhi yang praktis,suara dari keheningan pikiran manusia.Hatinurani ingin mengenal dirinya sendiri dalam kehendak dan perbuatan.Inilah kewajiban hatinurani,kemampuan manusia didalam keheningan untuk mengenal dirinya.Dibawah timbunan ketidakbenaran Buddhi manusia tidka mempunyai kemampuan unutk memberikan cahaya rohani kepada pakerti/akhlak.Memang tidak ada terang dapat disinarkan dari pangkal yang gelap.Didalam tinggi rendahnya nilai Buddhi manusia terletak kemampuan kita untuk dapat mengikuti Tuntunan Daya GaibNya.Tapi jangan kita cepat2 merasa puas dan menyatakan bahwa kita telah dapat menguasai kehendak kita karena perbuatan kita sudah sesuai dengan suara hatinurani.Sebab hatinurani adalah suara dari kemurnian jiwa yang berpangkal dari kesadaran si aku.Nilai kemurnian suara hatinurani dalam keheningan itu tergantung kepada tinggi rendahnya,tua mudanya nilai jiwa seseorang.Dalam menerima sifat2 dan kebiasaan yang kita anggap baik dna benar maka kita juga harus senantiasa waspada dengan krisis2 yang datang sebagai akibat dari kegiatan dalam kebenaran hati.Kita tidka bisa memaksa diri dengan membesar-besarkan keutamaan hidup dan menganggap bahwa sifat itu seperti sudah kita miliki.Dengan begitu,maka kita membohongi diri sendiri dan mulailah kita melihat kejelekan2 dan kesalahan2 dalam perbuatan sesama kita.Krisis yang senantiasa ada dalam diri kita adalah : INGIN MEMBERI NASEHAT.Oleh karena itu memang sebaiknya semua usaha menuju kepada kebenaran kita lakukan dengan segenap keserderhanaan,dengan tidak melupakan pangkal pijaknya yaitu tidak bisa apa-apa dan bukan siapa-siapa.Diluar itu,maka semua usaha rohani yang kita lakukan semuluk dan seindah apapun alasannya merupakan suatu kesombongan untuk kebanggaan diri dan tidak akan berakibat nyata bagi pertumbuhan jiwa kita.
Tinggalkan komentar